Pertambangan nikel memegang peranan penting dalam industri global, terutama karena perannya dalam produksi baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik. Nikel menjadi bahan utama yang semakin diminati di tengah upaya dunia untuk beralih ke energi yang lebih bersih.Artikel ini akan mengulas 10 site pertambangan nikel terbesar di dunia, beserta perusahaan yang mengelolanya.
Daftar Isi
- Sorowako (PT Vale Indonesia) – Indonesia
- Morowali Industrial Park (IMIP) – Indonesia
- Norilsk Nickel (Nornickel) – Rusia
- Goro Nickel Mine (Vale) – Kaledonia Baru
- Kambalda (BHP Nickel West) – Australia
- Ravensthorpe (First Quantum Minerals) – Australia
- Ambatovy (Sumitomo Corp) – Madagaskar
- Voisey’s Bay (Vale) – Kanada
- Murrin Murrin (Glencore) – Australia
- Taganito (Nickel Asia Corporation & Sumitomo Metal Mining) – Filipina
1. Sorowako (PT Vale Indonesia) – Indonesia
Sorowako Mine yang dikelola oleh PT Vale Indonesia adalah salah satu tambang nikel terbesar di dunia dan berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di daerah Sorowako. Tambang ini beroperasi sejak tahun 1978, dengan fokus pada nikel laterit. Sorowako merupakan salah satu produsen terbesar nikel di Indonesia, dengan cadangan nikel terbukti dan terduga mencapai 107 juta ton bijih, dengan kandungan 1,81 juta ton nikel metalik.
Setiap tahunnya, tambang ini memproduksi ratusan ribu ton nikel dalam bentuk matte, produk perantara yang digunakan untuk pembuatan nikel murni. Pada tahun 2023, produksi tambang ini mencapai 70.728 ton nikel matte. Tambang ini mendapatkan sebagian besar energinya dari pembangkit listrik tenaga air yang dibangun oleh PT Vale di Sungai Larona. Ada tiga PLTA yang beroperasi, dengan total kapasitas sekitar 365 MW.
2. Morowali Industrial Park (IMIP) – Indonesia
Morowali Industrial Park (IMIP), yang terletak di Sulawesi Tengah, merupakan salah satu kawasan industri nikel terbesar di Indonesia. Dibangun pada tahun 2013 sebagai kerja sama antara Tsingshan Group dari Tiongkok dan Bintang Delapan Group dari Indonesia. IMIP berfokus pada produksi stainless steel, nikel pig iron, serta material baterai kendaraan listrik. IMIP telah menerima investasi lebih dari USD 15,3 miliar hingga tahun 2022.
Pada tahun 2019, IMIP menyumbang USD 6,6 miliar untuk ekspor Indonesia. Dengan fokus pada produksi nikel dan bahan baku baterai, IMIP memainkan peran penting dalam mendukung agenda hilirisasi mineral pemerintah Indonesia. Meskipun IMIP mendapat perhatian karena dampak lingkungannya, termasuk polusi udara dan air dari aktivitas industri.
3. Norilsk Nickel (Nornickel) – Rusia
Norilsk Nickel (Nornickel), yang berbasis di Rusia, adalah perusahaan tambang nikel dan paladium terbesar di dunia. Salah satu hal yang unik tentang Nornickel adalah lokasinya yang terletak di Siberia Utara, tepatnya di Kota Norilsk. Daerah ini terkenal dengan suhu ekstrem, yang dapat turun hingga -30°C pada musim dingin. Hal ini membuat operasional tambang sangat menantang.
Selain nikel, Nornickel juga merupakan produsen utama paladium dan platinum. Paladium, yang digunakan dalam catalytic converters pada kendaraan, merupakan komoditas strategis di industri otomotif. Nornickel memegang 40% dari pasokan paladium global, menjadikan perusahaan ini pusat dari rantai pasok yang krusial bagi industri kendaraan listrik dan emisi rendah.
4. Goro Nickel Mine (Vale) – Kaledonia Baru
Goro Nickel Mine, yang terletak di Kaledonia Baru, adalah salah satu tambang nikel laterit terbesar di dunia. Tambang ini dikenal sebagai salah satu proyek paling ambisius, namun penuh tantangan, di industri nikel global. Pada 2021, Tesla menandatangani kontrak dengan tambang ini untuk mengamankan pasokan nikel menandai pentingnya Goro dalam rantai pasokan global untuk energi bersih.
Goro telah lama dikepung masalah lingkungan dan sosial yang signifikan. Teknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) yang digunakan untuk memproses nikel telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan, terutama setelah beberapa insiden tumpahan asam yang menyebabkan kerusakan ekosistem lokal termasuk laguna Kaledonia Baru yang dilindungi oleh UNESCO.
5. Kambalda (BHP Nickel West) – Australia
Kambalda Nickel Operations (BHP Nickel West) di Australia, yang terletak di Western Australia. Kambalda adalah salah satu wilayah pertama di Australia yang menemukan nikel pada tahun 1966, dan berkembang menjadi pusat pertambangan besar.Kambalda memiliki signifikansi strategis karena nikel yang dihasilkan digunakan dalam baterai lithium-ion, khususnya untuk kendaraan listrik. Nikel dari Kambalda menjadi bagian penting dari rantai pasok baterai global
Baru-baru ini, Kambalda menghadapi tekanan ekonomi akibat penurunan harga nikel global, yang membuat operasi di beberapa bagian tambang dihentikan sementara. Pada 2024, BHP memutuskan untuk menempatkan sebagian operasi tambang dalam kondisi care and maintenance (perawatan dan pemeliharaan), sebagai respons terhadap kondisi pasar yang kurang menguntungkan.
6. Ravensthorpe (First Quantum Minerals) – Australia
Ravensthorpe Nickel Mine, yang berlokasi di Australia Barat, dikelola oleh First Quantum Minerals. Tambang ini telah menghadapi berbagai tantangan sepanjang operasinya, termasuk penutupan sementara beberapa kali karena harga nikel yang rendah serta biaya operasional yang tinggi. Tambang ini selalu dianggap sebagai operasi berbiaya tinggi, yang membuatnya rentan terhadap fluktuasi harga nikel global.
Meskipun tambang ini telah berulang kali ditutup sementara, terakhir pada Januari 2024 selama dua tahun, Ravensthorpe masih dianggap sebagai salah satu tambang nikel yang penting bagi pasokan global. Penutupan ini menyebabkan pengurangan 30% dari tenaga kerja, atau sekitar 125 posisi. Pada puncak produksinya, tambang ini mampu menghasilkan 30.000 ton nikel per tahun.
7. Ambatovy (Sumitomo Corp) – Madagaskar
Ambatovy Nickel Project, yang terletak di Madagaskar, adalah salah satu tambang nikel dan kobalt terbesar di dunia. Dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 36.000 ton nikel dan 3.390 ton kobalt, Ambatovy memainkan peran penting dalam rantai pasok global.Meskipun skala besar bagi pasar global, Ambatovy menghadapi tantangan keuangan dengan harus menanggung kerugian besar hingga $616 juta pada tahun fiskal 2024.
Ambatovy terletak di salah satu area dengan keanekaragaman hayati paling kaya di dunia. Pengoperasiannya telah menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak lingkungan, termasuk pencemaran ekosistem dan kehancuran habitat. Meski demikian, perusahaan terus berupaya meningkatkan keberlanjutan operasinya.
8. Voisey’s Bay (Vale) – Kanada
Voisey’s Bay yang dikelola oleh Vale di Kanada adalah salah satu tambang nikel terbesar di dunia. Tambang ini terletak di Labrador, Kanada, sekitar 35 km dari Nain. Cadangan nikel di Voisey’s Bay sangat signifikan, dan tambang ini telah memproduksi nikel sejak 2005. Menurut perkiraan terbaru, tambang ini memiliki cadangan nikel sebesar 30-40 ribu ton per tahun.
Sebelumnya tambang ini hanya mengoperasikan tambang terbuka, saat ini Vale telah memulai pengembangan dua tambang bawah tanah, Reid Brook dan Eastern Deeps. Tambang ini diproyeksikan memproduksi sekitar 40.000 ton nikel per tahun dari tambang bawah tanah. Nikel dari Voisey’s Bay adalah bahan penting dalam baterai kendaraan listrik. Vale telah menandatangani kesepakatan dengan produsen kendaraan listrik seperti Tesla.
9. Murrin Murrin (Glencore) – Australia
Murrin Murrin, yang dikelola oleh Glencore, adalah salah satu tambang nikel dan kobalt terbesar di Australia. Tambang ini terletak di Goldfields-Esperance, Australia Barat, dan telah beroperasi sejak akhir 1990-an. Murrin Murrin memproduksi sekitar 40.000 ton nikel dan 3.000 ton kobalt setiap tahun. Ini menjadikannya salah satu penghasil nikel dan kobalt terbesar di dunia.
Murrin Murrin menggunakan teknologi HPAL untuk memproses bijih laterit menjadi nikel dan kobalt. Proses ini memungkinkan ekstraksi nikel dari bijih yang berkualitas lebih rendah, menjadikannya sangat efisien dari segi teknologi. HPAL dikenal mampu meningkatkan hasil produksi nikel dan kobalt dengan proses yang lebih ramah lingkungan. Salah satu tantangan dalam proses HPAL yang sangat intensif dalam penggunaan energi dan air.
10. Taganito (Nickel Asia Corporation & Sumitomo Metal Mining) – Filipina
Taganito Mine, yang dikelola oleh Nickel Asia Corporation (NAC) dan Sumitomo Metal Mining di Filipina, merupakan salah satu tambang nikel terbesar di negara tersebut. Taganito menghasilkan sekitar 30.000 hingga 40.000 ton nikel per tahun. Taganito merupakan hasil kolaborasi antara Nickel Asia Corporation, perusahaan tambang terbesar di Filipina, dan Sumitomo Metal Mining, perusahaan Jepang yang fokus pada pengolahan nikel.
Fasilitas pengolahan di Taganito menggunakan teknologi HPAL, yang juga digunakan di beberapa tambang besar lainnya seperti Murrin Murrin di Australia. Teknologi ini memungkinkan ekstraksi nikel dari bijih laterit dengan kualitas yang lebih rendah namun tetap efektif. HPAL juga memungkinkan Taganito menghasilkan mixed nickel-cobalt sulfide yang digunakan dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik.